Halo apa kabar??
Begitu baca judul postingan diatas pasti kalian menyimpulkan klo aku
bakal menikah dalam waktu dekat ini, yaa... semoga ya, mohon doanya, aamiin.
Wanita mana sih, yang gak mau menikah di dunia ini (kecuali yang
upnormal ya) semuanya pasti mau, begitupun dengan aku. Apalagi kalau pulang
dari acara pesta pernikahan, pasti aja bawaanya langsung pengen merrid. Bukan hanya
itu sih, akhir-akhir ini pertanyaan dan doa ulang tahun yang diterima pun
isinya tentang cepet nikah semua. “Dev, ngapain lo pacaran lama-lama?, udah
sana buruan kawin..” “Mbak devi kapan nih sebar undangan?” dan masih banyak pertanyaan lainnya. Tapi
pertanyaannya apakah dengan hanya bermodalkan dua orang wanita dan pria yang
saling mencintai cukup untuk memulai suatu pernikahan??
Beberapa minggu terakhir ini pembahasan yang sering dibahas aku dan
pacar ya, masalah penikahan, jujur pacar aku juga gak mau kita terlalu lama
pacaran, secara ya kita udah 6 tahun pacaran, cukup lah untuk main-mainnya. Pacar
dan aku pun berencana kalau kita akan segera menikah dalam waktu dekat. Tapi untuk
membangun suatu pernikahaan dibutuhkan modal yang kuat, modal yang dimaksud
bukan lah sekedar materi disini atau cinta yang kuat, tapi juga kematangan lainnya.
Pekerjaan, jujur pekerjaan aku sekarang belum dibilang kuat, aku cuam
staff karyawan bisa, yang untuk status kepegawaiannya masih kontrak, dan pacar
pun tidak jauh berbeda dengan aku. Kita sedang berusaha sekarang, aku berusaha
untuk dipromosikan begitu pun pacar yang sedang berusaha mencari pekerjaan
terbaik. Kenapa pekerjaan berperan penting dalam pernikahaan, ya iyalah, ntar
masa depan kita bagaimana kalau gak kerja?? Saat menikah memang biaya yang dikeluarkan
cukup banyak, tapi itu gak ada apa-apanya dibanding sudah menikah. Saat akan
menikah terkadang orang tua kita juga ikut andil dalam masalah pembiayaan
pernikahan kita, setelah menikah apakah akan seperti itu? Tentu saja tidak. Aku
gak mau jadi anak yang cuma bisa nyusain kedua orang tua dan mertua aku.
Jarak, nah, ini juga jadi pertimbangan, domisili aku dan pekerjaan aku
di kota Bandung, sedangkan pacar aku berdomisili di Sukabumi. Memang sih, dalam
masalah ini aku udah siap mengalah untuk ikut suami aku nantinya, tapi ada
kalahnya aku berpikir kalau aku gak mau tinggal jauh dari keluarga aku,
terutama mama. Semoga saja impian aku untuk tetap bisa tinggal di kota yang
sama dengan mama setelah menikah dapat terwujud, aamiin.
Mental, sudah siapkah? Menikah bukan hanya akan saling mencintai dan
hidup bahagia bersama. Menikah adalah menerima semua yang ada di calon suami
kita, termasuk keluarga besarnya. Alhamdulillah, aku memiliki hubungan yang
baik dengan keluarganya, tapi apakah itu cukup, bagaimana dengan kebiasaan
hidup kita. Aku yang doyan banget maen dan cenderung cuek terkadang takut jika
berpikir kelak tidak bisa ngurus suami. Tentunya harus dibangun komunikasi yang
baik dan rasa saling menerima kekurangan satu sama lain, karena dalam pernikahan
yang harus kita ingat adalah kita akan menikahi semua kekurangannya dan semua
kelebihaanya adalah sebagi bonus, dan untuk menjalaninya kita harus berperinsip
bahwa semua akan berjalan baik kalau dilakukan bersama, jadi kita akan saling
gotong royong untuk membangun rumah tangga bersama. Sebagai istri mungkin kita
gak boleh berpikir kalau hanya suami lah yang harus bekerja mencari uang, dan
sebagai suami juga tidak boleh berpikir bahwa membersihkan rumah adalah tugas
wajib istri, jadi harus saling bantu, bukan kah pekerjaan yang dilakukan
bersama-sama akan terasa jauh lebih ringan.
Kalau ngomongin soal nikah memang gaka akan ada habisnya, tapi aku
berharp kalau semua kendala yang saat ini aku hadapin akan berangsur-angsur
teratasi, sekarang saatnya saya dan pacar memulai memantapkan hati dan berusaha
sebaik mungkin mempersiapkannya, dan tak lupa berdoa kepada Allah, agar semuanya
dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Aamiin
Itu sedikit curhatan aku, ampe ketemu di postingan selanjutnya..
Bye...